Rumah Kayu Suro Diro Sasmita Posted in: Proposal Desain

Kategori Bangunan Kategori 1 / Tipe Hostel
Lokasi Bali
Tahun 2017
Status Proposal Desain
Arsitek Monica Rosary P & Vinsensius Gilrandy S

Keberlanjutan Moral dan Sosial

Konsep Rumah Mandiri “Suro Diro Sasmita” berangkat dari filosofi Jawa yang menekankan kebenaran, kekuatan, dan perasaan sebagai respon terhadap tantangan moral generasi muda. Melalui arsitektur, rumah ini dirancang untuk mengembalikan nilai-nilai empati dan toleransi dalam interaksi sosial. Pendidikan karakter diprioritaskan melalui lingkungan formal, informal, dan nonformal, yang memperkuat peran rumah sebagai ruang belajar yang holistik dan mendukung keberlanjutan moral masyarakat.

Desain rumah ini terinspirasi dari bentuk geometri segitiga yang dimodifikasi menjadi massa bangunan yang dinamis namun solid. Bentuk segitiga mencerminkan harmoni antara makrokosmos dan mikrokosmos, serta hierarki kosmologi tradisional antara Bhur, Bwah, dan Swah. Filosofi ini diadaptasi secara modern untuk menciptakan struktur yang tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki keberlanjutan spiritual, dengan tetap menghormati kearifan lokal sebagai bagian dari nilai arsitektur yang bertahan lama.

Prinsip Daur Ulang dan Simbiosis

Desain rumah ini mengutamakan keberlanjutan lingkungan melalui penggunaan material daur ulang dan penerapan prinsip simbiosis mutualisme. Struktur rumah yang ditinggikan tidak hanya menciptakan ruang komunal terlindungi di bawahnya, tetapi juga meningkatkan sirkulasi udara alami untuk mengurangi ketergantungan pada pendingin buatan. Desain ini mendukung efisiensi energi dan memperhatikan dampak lingkungan, memastikan bahwa rumah berfungsi sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar.

Fungsi ruang rumah dirancang dengan mempertimbangkan filosofi arah dan irama kehidupan. Tangga masuk di sisi barat merepresentasikan jeda dalam keseharian, sementara bale-bale di sisi utara menyediakan ruang untuk seni, diskusi, dan karya. Tempat tidur di sisi timur disusun berdasarkan filosofi terbitnya matahari, memberikan energi baru untuk penghuninya setiap hari. Metode altitude dan azimuth diterapkan untuk memastikan orientasi bangunan selaras dengan pergerakan matahari, menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Adopsi angka 17 sebagai elemen simbolik memperkuat harmoni desain, memberikan makna mendalam pada struktur rumah. Fasad segitiga menciptakan kesan perlindungan dan memberikan ruang interaksi sosial yang nyaman di bawah rumah. Filosofi Y.B. Mangunwijaya, yang menekankan pentingnya dialog antar individu untuk membangun koneksi manusiawi, diterapkan dalam desain ini, menjadikan rumah sebagai ruang yang mendukung keberlanjutan hubungan sosial dalam masyarakat.

Desain rumah ini memadukan nilai estetika dan fungsi secara seimbang, menjadikan arsitektur sebagai wujud keberlanjutan yang menyatu dengan kebutuhan manusia modern. Dengan mengedepankan kualitas ruang yang ramah lingkungan, efisien energi, dan bermakna secara simbolis, rumah ini menjadi representasi harmonisasi nilai-nilai tradisional dengan arsitektur berkelanjutan yang relevan dengan masa kini. Hal ini menjadikan rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai ruang untuk pertumbuhan, kreativitas, dan kolaborasi.